Edukasi di Sekolah

Pada tahun 2016, aktivitas penyadartahuan masyarakat difokuskan secara khusus pada seminar untuk guru dan kelas di sekolah dasar di kelurahan Pota dan kota Riung, FloresĀ Utara. Seminar dilakukan oleh staf NGO Komodo Survival Program (KSP) sementara siswa didampingi oleh baik staf KSP dan guru sekolah dasar. Tujuan utamanya adalah memberikan siswa pengetahuaan dasar mengenai biodiversitas terestrial, dan mengukur apakah aktivitas edukasi dapat mempengaruhi persepsi dan sikap siswa terhadap konservasi biodiversitas. Kami mengadakan sesi pertama pendidikan dan penyadartahuan lingkungan di desa Pota dan sesi kedua di kota Riung, di perbatasan selatan Taman Wisata Alam Tujuh Belas Pulau. Dua sesi dihadiri oleh lima guru, yang juga membantu saat sesi di kelas, dengan total 50 hingga 75 murid dari kelas 4 sampai 6 SD di 3 sekolah di Pota (MIS Pota, MIS Tembalajar dan SDI Baras) dan 3 sekolah di Riung (SDN Nanga Mese, SDI Damu dan SDK Bekek). Total sebanyak 220 anak di Pota dan 137 murid di Riung. Partisipasi pemuka agama, baik katholik atau islam, diupayakan karena memiliki pengaruh sosial yang cukup kuat pada warga lokal.
Kami mengadakan pengujian untuk mengukur persepsi murid terhadap Biawak Komodo dan habitat alami mereka. Kami menanyakan siswa untuk mengisi 13 pertanyaan dalam sebuah formulir mengenai informasi di mana mereka tinggal, apa yang mereka suka dan tidak suka mengenai fasilitas di kota atau sekolah mereka yang harus ditingkatkan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak relevan dengan pekerjaan kami, namun penting untuk membangun kepercayaan. Kemudian kami menanyakan 15 pertanyaan mengenai Biawak Komodo, persepsi mereka terhadap spesies tersebut, dan kemampuan mereka dalam mengenali Biawak Komodo. Kami juga menanyakan pada murid apakah mereka pernah bertemu langsung dengan Biawak Komodo dan/atau hidupan liar lainnya di sekitar rumah mereka, jarak mereka ingin hidup bersama Biawak Komodo, (Comfortable Interpersonal Distance), serta keediaan mereka untuk membiarkan Komodo dan hidupan liar lainnya di sekitar mereka (Attitudes toward Animals).
Kami kemudian menunjukkan perbedaan gambar Biawa Komodo (misalnya tetasan, Biawak Komodo memburu rusa, turis berdampingan dengan Biawak Komodo), dan menanyakan anak-anak untuk memilih satu dari enam skala emosi dasar Ekman (jijik, senang, takut, sedih, terkejut, marah).
Mengikuti pengukuran tersebut, manajer proyek kami memberikan presentasi singkat mengenai pentingnya melindungi hidupan liar dan habitat alami, dan kami menunjukkan siswa sebuah video kartun yang kami buat mengenai Biawak Komodo. Video ini dibuat dari buku cerita untuk anak-anak yang kami buat mengenai Biawak Komodo dan pentingnya tidak membunuh rusa sehingga Biawak Komodo yang hidup di hutan bisa tetap memakan rusa dan tidak mencuri ayam dan kambing dari desa untuk bertahan hidup. Kami membuat buklet cerita ini dan kami berikan sebagai hadiah kepada murid-murid. Kami kemudian menayangkan film dokumenter mengenai siklus hidup Biawak Komodo (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia). Setelah itu kami memberikan formulir post-test dengan rangkaian pertanyaan yang sama dengan pre-test sebelum penayangan film dokumenter dan video kartun.