Lewati ke konten

Status Konservasi

Sebagian masyarakat Indonesia dan dunia beranggapan bahwa Komodo berada di ambang kepunahan. Anggapan mereka tersebut dapat dikatakan memang benar. Namun, pada kenyataannya anggapan ini belum tentu berlaku secara global untuk Komodo, karena mereka tersebar di kepulauan yang memiliki keadaan yang berbeda. Kegentingan keberadaan dan ancaman di Taman Nasional akan berbeda di pulau Flores. Dalam Taman Nasional sendiri keadaan pulau besar dengan pulau kecil pun akan berbeda. Bagaimana pun keadaan Komodo kini jauh lebih tergambarkan daripada dahulu, saat Walter Auffenberg melakukan penelitiannya di tahun 1970, sebelas tahun sebelum Taman Nasional Komodo didirikan. Informasi Komodo sekarang lebih komprehensif dan akurat berdasarkan penelitian yang telah lama dilakukan sejak tahun 1990-an oleh Claudio Ciofi, dan dilanjutkan oleh Tim S. Jessop pada tahun 2002 bekerja sama dengan Indonesia dan selesai tahun 2007. Tahun 2007, program ini dilanjutkan oleh Komodo Survival Program (KSP) hingga sekarang. KSP dibentuk oleh peneliti Indonesia yang dahulu menjadi asisten riset Tim S. Jessop, sedangkan Claudio Ciofi dan Tim S. Jessop sendiri menjadi penasihat riset mereka.

 

Status

Berdasarkan informasi populasi Komodo terkini, status konservasi Komodo dalam IUCN redlist book adalah terancam punah (endangered). Sejak tahun 1990-an pemerintahan Indonesia telah menetapkan status perlindungan untuk Komodo melalui UU no 5 tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999. Dalam perdagangan satwa internasional, Komodo dimasukkan kedalam Appendix I ratifikasi CITES, yang artinya tidak boleh ada perdagangan internasional sama sekali.

Komodo juga menjadi kebanggaan dan satwa nasional Indonesia, yang telah tersahkan berdasarkan Keppres no 4 tahun 1992. Komodo yang menjadi satwa nasional atau flagship species ini memberikan dampak yang baik, yaitu perihal pertukaran Komodo internasional diperlukan izin langsung dari Presiden Indonesia.

 

Ancaman

Prioritas dan keadaan ancaman Komodo berbeda bergantung pulau yang ditempatinya. Di sini wilayah Komodo dibedakan di wilayah admistratif Taman Nasional Komodo (TNK) dan Pulau Flores. Tiga puluh tahun berdirinya Taman Nasional untuk Komodo, mengamankan mereka dari beberapa ancaman, khususnya ancaman akibat aktifitas manusia (antrophogenic). Namun, hal yang sangat perlu diperhatikan adalah keberadaan Komodo di pulau-pulau kecil seperti Nusa Kode dan Gili Motang. Jumlah populasi yang kecil, mangsa utama (rusa) yang sedikit serta faktor inbreeding yang tinggi menjadikan mereka sangat rentan pada kepunahan. Bukti nyata terjadi pada pulau Padar, pada masa lalu saat Rusa disana habis diburu, dan pada akhirnya diikuti oleh punahnya populasi Komodo. Namun setelah 30 tahun upaya konservasi dari TNK, Pulau Padar telah kembali dihuni oleh biawak Komodo sejak 2013, dan populasi mereka di sana kini perlahan pulih.

Di lain sisi, walau populasi Komodo terjaga dan stabil di wilayah perlindungan di Pulau Flores (seperti Cagar Alam Wae Wuul, Pulau Ontoloe, dan KEE Pota), kawasan perlindungan ini hanya melindungi kurang dari 15% dari wilayah total habitat Komodo di Flores. Sisa 85% lainnya terletak di wilayah yang belum masuk dalam kawasan perlindungan, sehingga populasi Komodo di pulau Flores ini terancam akibat aktivitas manusia. Faktor utama yang terjadi adalah akibat perburuan rusa yang berlebihan, pembakaran dan alih fungsi lahan, serta kompetisi dengan anjing liar yang diintroduksi oleh manusia, yang memiliki pemukiman berdampingan dengan habitat Komodo. Hal-hal ini menyebabkan populasi Komodo menurun dan terpojokkan, sehingga konflik antara manusia dengan Komodo yang memakan hewan ternak tidak dapat terhindarkan.

 

Sumber

Auffenberg, W. 1981. The Behavioural Ecology of the Komodo Monitor. Gainesville: University Presses of Florida.

Ciofi, C. and M. De Boer. 2004. Distribution and conservation of the Komodo monitor (Varanus komodoensis). Herpetological Journal 14: 99-107.

Jessop, T.S., T. Madsen, C. Ciofi, M.J. Imansyah, D. Purwandana, A. Ariefiandy. and J.A. Philips. 2006. Plastic dragons: A big predator’s responses to small islands. Report from CRES-ZSSD/BTNK/TNC.

Jessop, T.S., T. Madsen, J. Sumner, H. Rudiharto, J.A. Phillips, and C. Ciofi. 2006. Maximum body size among insular Komodo dragon populations covaries with large prey density. Oikos 112: 422–429.

Jessop, T.S., T. Madsen, C. Ciofi, M.J. Imansyah, D. Purwandana, H. Rudiharto, A. Ariefiandy. and J.A. Philips. 2007. Island differences in population size structure and catch per unit effort and their conservation implications for Komodo dragons. Biological conservation 135: 247-255.

Sulandari, S., M.S.A. Zein, A. Ariefiandy, D. Purwandana, M.J. Imansyah, T.S. Jessop, and C. Ciofi. 2013. Komodo dragon conservation genetic: Application of molecular genetic techniques to the conservation and management of the Komodo dragon Varanus komodoensis from Komodo National Park and Flores, Indonesia. 1st Project report. LIPI-KSP-TNK. Bogor-Labuan Bajo.

World Conservation Monitoring Centre 1996. Varanus komodoensis. In: IUCN 2013. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2013.2. <www.iucnredlist.org>.

 

*Logo merah status perlindungan hewan adalah hak cipta ©IUCN Red List