Lewati ke konten

Siklus Hidup

Siklus hidup biawak komodo terdiri dari empat tahap. Seperti banyak spesies kadal lain, siklus hidupnya dimulai dari betina bertelur. Berikut adalah empat tahap tersebut sesuai urutannya:

Tahapan telur– komodo betina dapat memproduksi umumnya 24 telur sekali bertelur. Komodo betina yang sangat sehat dapat bertelur hingga 38 telur dalam satu musim bertelur. Umumnya komodo betina dewasa bertelur sekali setahun, terkadang tidak bertelur, hal ini bergantung terdapat kesiapan betina tersebut, terutama kondisi tubuh yang fit. Biawak komodo harus membuat sarang untuk meletakkan telur mereka, seperti keluarga burung. Sarang komodo biasanya terdiri dari beberapa lubang besar yang digali oleh betina, namun hanya satu lubang yang nantinya menjadi tempat untuk menyimpan telur. Lubang-lubang lainnya berfungsi sebagai kamuflase untuk mengelabui hewan pemangsa yang akan berusaha untuk mencuri telurnya. Sering ditemukan komodo betina bersarang di sarang burung gosong. Diperkirakan mereka melakukan hal tersebut untuk menghemat energi dan waktu dari membuat sarang dari nol. Betina hanya memodifikasi sarang burung gosong tersebut sehingga menjadi cukup besar untuk digunakan oleh komodo. Telur mereka diletakkan cukup dalam, sekitar dua meter di dalam sarang untuk memastikan lingkungan di mana telur mereka akan berkembang memiliki suhu dan kelembaban yang stabil. Komodo memiliki musim bertelur yaitu antara Agustus atau September, setelah sekitar kurang lebih dua bulan dari musim kawin. Telur komodo kemudian akan menetas setelah kurang lebih sembilan bulan. Berbeda dengan kadal pada umumnya, komodo betina akan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menjaga sarang mereka dari hewan pemangsa lainnya. Tugas ini tidak mudah, karena komodo betina akan memiliki keterbatasan waktu dalam mencari makan. Proses ini menyebabkan komodo betina kehilangan banyak berat badan selama bersarang. Komodo betina berhenti menjaga sarang saat musim hujan mulai datang, yaitu sekitar Desember-Januari. Alasan mengapa komodo betina meninggalkan sarang mereka masih belum jelas, namun kemungkinan karena mereka harus mulai makan secara teratur, atau karena resiko predator menemukan telur mereka telah berkurang. Setelah itu, telur-telur komodo akan bertahan hidup sendiri selama beberapa bulan berikutnya sampai mereka siap menetas.

 

Tahap tetasan– Di akhir musim hujan (Maret/April), tetasan biawak komodo akan keluar dari cangkang kulit lunaknya dan menggali keluar dari ruang penyimpanan telur di dalam sarang ke permukaan. Waktu penetasan, secara alamiah menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Dimana pada saat tersebut sedang sangat kaya dari hujan musim yang menyebabkan tanaman menumbuhkan daun-daun baru, menyediakan makanan untuk serangga yang jumlahnya kemudian meningkat drastis. Kondisi ini sangat ideal untuk tetasan karena terdapat makanan dan tutupan untuk tetasan. Hal yang lebih penting, tetasan biawak komodo (yang berukuran 40 sentimeter dengan berat umumnya 100 gram) berwarna sangat terang dengan garis dan titik kuning dan oranye, berkamuflase dengan lingkungannya, membantu mereka untuk terhindar dari predator dan mencari makan. Kunci perbedaan ekologi tetasan biawak komodo adalah mereka menghabiskan hampir seluruh waktu mereka dalam setahun dengan hidup di kanopi pohon. Strategi ini dilakukan karena tetasan komodo menghindari predator di tanah yakni biawak komodo dewasa. Selain itu, pohon juga merupakan tempat hidung mangsa komodo skecil seperti serangga, tokek, dan kadal kecil lainnya. Pada tahapan ini, bayi biawak komodo jarang pergi ke tanah, kecuali untuk berpindah ke pohon lainnya. Kesimpulan yang dapat diambil adalah untuk beberapa bulan awal hidupnya, bayi biawak komodo mungkin ditemukan dekat dengan sarang di mana mereka menetas. Setelah satu tahun, biawak komodo mulai merubah pola makan mereka dengan mulai memakan telur ayam, ular, kadal kecil, dan mamalia kecil di tanah – namun mereka masih memanjat pohon untuk menghindari predator.

 

Tahapan remaja- Hidup di pohon tidak berlangsung lama, setelah sekitar satu hingga dua tahun komodo muda akan beralih untuk memulai hidupnya di tanah. Transisi dari pohon ke tanah merefleksikan bahwa biawak komodo tumbuh dengan cepat dan kebutuhan makanan mereka berubah dan meningkat. Makanan biawak komodo sangat bergantung pada ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh mereka, maka semakin besar mangsa yang mereka buru. Untuk biawak komodo remaja, saat ukuran tubuh mereka meningkat, mereka mulai memakan telur burung, tikus, dan hewan reptil lainnya seperti ular. Biawak komodo muda menghabiskan banyak waktu dan berjalan beberapa kilometer untuk menemukan makanan. Seperti banyak reptil lainnya, biawak komodo muda hidup sendiri dan jarang berinteraksi satu sama lain meski mereka menggunakan ruang yang sama. Pada tahap ini, biawak komodo akan tumbuh besar dan selama 5-6 tahun akan mengalami pertumbuhan berat tubuh hingga 15 kilogram, dan pejantan akan lebih banyak mengeluarkan energi untuk tumbuh ketimbang biawak komodo betina.

 

Tahapan dewasa:Untuk biawak komodo betina, diperkirakan usia 8-10 tahun dengan berat sekitar 18 kilogram adalah usia saat mencapai kematangan seksual, dan pernah teramati mencoba untuk bersarang. Setelah mencapai berat 20 kg, komodo mulai hidup sepenuhnya di tanah, dan menggunakan strategi memangsa “menunggu dan menyergap”. Strategi ini digunakan untuk memangsa rusa, kuda, babi hutan, kerbau, dan biawak komodo lainnya. Untuk pejantan, lebih sulit untuk mengatakan apakah biawak komodo sudah mencapai tahapan dewasa atau belum karena tidak ada tanda-tanda eksternal yang mengindikasikannya. Namun, seperti reptil besar lainnya (misal buaya), kemungkinan biawak komodo pejantan secara fisiologis siap kawin pada usia yang sama dengan betina. Namun pejantan sulit untuk melakukannya karena harus berkompetisi dengan pejantan yang lebih tua dan besar. Ukuran tubuh biawak komodo jantan sangat penting dalam menentukan akses mereka untuk kawin dengan betina. Oleh sebab itu, pejantan saat dewasa lebih banyak mengalokasikan energi meraka untuk pertumbuhan ukuran tubuh, sedangkan betina, mengalokasikan energi mereka untuk reproduksi. Pejantan komodo yang sehat dapat meningkat beratnya hingga 87 kilogram dan mencapai panjang tubuh lebih dari 3 meter, menjadikan pejantan lebih besar daripada betina. Ukuran tubuh biawak komodo dewasa menyebabkan memangsa hewan kecil tidak lagi efisien untuk memenuhi kebutuhan energi mereka. Untuk itu, biawak komodo dewasa harus memburu mangsa yang lebih besar seperti rusa, babi, dan kadang kerbau untuk memenuhi kebutuhan energi dan pertumbuhan tubuh mereka.

Perbedaan besar ukuran tubuh pejantan dan betina sangat penting karena menandakan tidak hanya perbedaan strategi dan kebutuhan reproduksi, namun juga mengindikasikan angka harapan hidup yang berbeda. Usia betina lebih singkat dari usia jantan, hanya separuh dari angka harapan hidup pejantan yang dapat mencapai usia 60 tahun. Salah satu aspek yang paling menarik dari tahapan hidup biawak komodo adalah aktifitas reproduksinya. Komodo adalah binatang yang sangat soliter atau hidup sendiri, kecuali pada masa reproduksi. Betina dan pejantan umumnya kawin pada bulan Juni hingga Agustus. Pada musim kawin, komodo jantan secara aktif mencari betina hingga memperluas tiga kali wilayah jangkauannya. Salah satu hal tidak biasa yang kami amati adalah jantan mungkin menjaga betina untuk beberapa waktu untuk menjamin bahwa mereka satu-satunya pejantan yang mengawini dan telur yang dihasilkan adalah keturunan mereka. Pejantan dewasa memiliki potensi untuk kawin setiap tahun, namun betina belum tentu siap kawin setiap tahunnya, karena betina membutuhkan waktu lebih lama guna menyimpan energi yang cukup untuk bertelur. Betina yang sudah dikawini memiliki waktu selama satu bulan penuh untuk mempersiapkan sarang dan meletakkan telurnya.

Dalam persiapan sarang, komodo betina mulai bersarang dengan menggali tanah sedalam hingga 2,5 meter. Peletakkan telur biasanya terjadi bulan Agustus, dan setelahnya betina akan menjaga sarang hingga bulan Desember. Kegiatan ini sangat berat untuk betina dan berat badan mereka dapat berkurang secara sangat signifikan, hingga 20 kilogram, dalam proses ini.